Kamis, 10 Desember 2015

isa yang turun di akhir jaman bukan isa baru



Aqidah ahlus sunnah wal jamaah adalah aqidah yang diajarkan oleh Nabi kepada para sahabat kemudian diajarkan kembali oleh para sahabat kepada tabiin dan disampaikan kepada tabiut tabiin sampai kepada para ulama dan akhirnya kepada kita di jaman ini. 
Ahlus sunnah wal jamaah mengimani bahwa nabi isa bin maryam as akan datang di akhir zaman sebagai tanda dari datangnya kiamat  besar. Nash-nash tentang turunnya nabi isa dari langit begitu banyak dan saling memperkuat satu dengan yang lainnya. Namun, seiring dengan semakin menjauhnya manusia dari mengkaji agama membuat keterangan dan penjelasan yang didapatkan oleh kaum muslimin tentang hal ini menjadi sepotong-potong dan tidak utuh yang akhirnya dimanfaatkan oleh orang-orang jahil untuk menyelewengkan nash aslinya sehingga timbullah pemahaman-pemahaman baru yang tidak ada sebelumnya. Pemahaman tersebut sesat dan menyesatkan. Di antara pemahaman tersebut adalah keyakinan bahwa isa yang turun di akhir jaman adalah nabi baru dan manusia baru sebagai mana diproklamirkan oleh ahmad mussadeq, lia eden, mirza ghulam ahmad dan sosok-sosok lainnya yang mungkin  tidak kita ketahui karena tidak terangkat oleh media.
Berangkat dari hal tersebut maka penting bagi FMPAI untuk menyampaikan secara bertahap dan utuh tentang nash-nash yang benar tentang Nabi isa yang turun di akhir zaman
Berikut hadits shohih yang secara terang benderang menjelaskan bahwa Nabi isa yang turun di akhir zaman bukanlah nabi isa dalam wujud manusia  baru tetapi Nabi isa putranya maryam yang dulu yang di angkat ke langit 

أَخْرَجَ اِبْن مَاجَهْ وَأَحْمَد وَصَحَّحَهُ الْحَاكِم عَنْ اِبْن مَسْعُود قَالَ "لَمَّا كَانَ لَيْلَة 
أُسْرِيَ بِرَسُولِ اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَقِيَ إِبْرَاهِيم وَمُوسَى وَعِيسَى فَتَذَاكَرُوا السَّاعَة فَبَدَؤُا بِإِبْرَاهِيمَ فَسَأَلُوهُ عَنْهَا فَلَمْ يَكُنْ عِنْدَهُ مِنْهَا عِلْم، ثُمَّ سَأَلُوا مُوسَى فَلَمْ يَكُنْ عِنْدَهُ مِنْهَا عِلْم، فَرُدَّ الْحَدِيث إِلَى عِيسَى فَقَالَ: قَدْ عُهِدَ إِلَيَّ فِيمَا دُونَ وَجْبَتهَا، فَأَمَّا وَجْبَتهَا فَلا يَعْلَمهَا إِلا اللَّه" فَذَكَرَ خُرُوج الدَّجَّال، قَالَ: فَأُنْزَل إِلَيْهِ فَأَقْتُلهُ ثُمَّ ذَكَرَ خُرُوج يَأْجُوج وَمَأْجُوج ثُمَّ دُعَاءَهُ بِمَوْتِهِمْ ثُمَّ بِإِرْسَالِ الْمَطَر فَيُلْقِي جِيَفهمْ فِي الْبَحْر ثُمَّ تُنْسَف الْجِبَال وَتُمَدّ الأرْض مَدّ الْأَدِيم (والأَدِيمُ الجِلْد) فَعُهِدَ إِلَيَّ إِذَا كَانَ ذَلِكَ كَانَتْ السَّاعَة مِنْ النَّاس كَالْحَامِلِ الْمُتِمّ لا يَدْرِي أَهْلهَا مَتَى تَفْجَؤُهُمْ بِوِلادَتِهَا لَيْلاكَانَ أَوْ نَهَارًا". 


Artinya, “ ...Ketika Rasululah SAw diisrakan di malam isranya , Pada malam diisro mi’rojkannnya Rasululah SAW oleh Allah SWT, Beliau bertemu dengan Nabi Ibrahim, Musa dan Isa dan mereka sedang berbincang  tentang hari kiamat.  Dimulai dari ibrahim kemudian mereka bertanya kepadanya menegani hari kiamat tapi ibrahim tidak mengetahuinya kemudian mereka pun bertanya kepada Nabi Musa tapi Nabi Musa juga sama tidak mengetahuinya sehingga pembicaraan kembali ke Nabi sa dan  ia berkata ” sungguh telah diikrakan kepadaku segala hal selain kejadian kiamat dimana kejadiannya hanya Allah yang tahu setelah itu Nabi Isa menyebutkan tentang munculnya Dajjal kemudian berkata nabi isa : kemudian aku diturunkan dan aku membunuhnya...  dan kemudian ia menyebutkan keluarnya ya’zuz dan ma’juz“
Hadits ini dikeluarkan oleh Al hakaim kitab Al Mustadrak dan beliau berkata hadits ini shohih.
Al Haitsami menilai hadits ini shohih dalam mazmauz zawaid, diriwayatkan pula oleh ibnu majah dalam sunannya,  Muhamad ibnu syaibah dalam al mushonnaf, disebutkan oleh al qurthubi dalam tafsirnya. dan oleh ibnu hajar asqolani dalam fathul bari.
Hadits ini diperkuat oleh hadits dalam shohih  muslim dan  musnad imam ahmad dengan redaksi yang cukup panjang dimana dijelaskan ketika dajal sudah muncul maka nabi isa turun di menara putih timjr damaskus untuk membunuh dajjal di pintu lud ( Musnad Ahmad bin hanbal juz 4 hal 181,.Shohih Muslim Juz 4 hal 2250 )
Imam Qurthubi dalam tafsirnya beliau menyebutkan “...Telah berkata sahabat ibnu abbas, juga para tabiin yaitu dhohak, sidi, qotadah bahwa sesungguhnya turunnya nabi isa adalah tanda kiamat karena Allah menurunkannya dari langit menjelang hari kiamat. Sebagaimana pula munculnya dajjal sebagai tanda-tanda kiamat ( tafsir al qurthubi juz 15 hal 105, Darul Kutubil Mishriyah, Kairo, Mesir )

Hadits-hadits tadi  secara terang benderang menyebutkan bahwa isa bin maryam yang turun di akhir jaman sebagai tanda kiamat besar adalah memang Nabi isa putra maryam yang ada di langit yang bertemu dengan Nabi Muhammad SAW ketika isra miraj . Itulah pemahaman para sahabat, para tabiin dan para semua para ulama salaf ( terdahulu ) . Jika mereka memahami demikian kenapa kita membuat pemahaman baru ? Tentunya mereka yang lebih mengerti agama dibanding kita
Jika dikatakan turunnya nabi isa as dari langit tidak masuk akal maka bukankah nabi isa lahir tanpa ayah juga tidak masuk akal ?...Kaum yahudi menuduh maryam berzina karena mereka menganggap bahwa tidak masuk akal seorang perempuan bisa hamil dan melahirkan tanpa adanya proses hubungan suami istri. Tuduhan ini kemudian dibantah oleh Islam bahwa maryam adalah wanita sholihah dan bukan pezina dan memang isa lahir melalui proses yang tidak masuk akal. 
Nabi isa merupakan nabi yang diberikan mukjizat seperti lahir dengan ibunya tanpa disentuh pria sehingga disebut isa bin maryam kemudian bisa bicara waktu masih bayi  ( lihat ali imron ayat 46 ) dan turun dari langit di akhir zaman . Semua mukjizat tersebut hanya bisa diterima dengan logika keimanan bukan dengan logika akal yang terbatas  seperti halnya kaum yahudi


Kamis, 26 Mei 2011

kepalsuan hadits ahmadiyah tentang gerhana

egala puji bagi Allah semoga shalawat dan salam tercurah kepada Nabi akhir zaman Muhammad bin Abdillah kepada para keluarganya, sahabatnya dan para pengikutnya hingga hari kiamat. Amma ba’du:
Kita mungkin pernah membaca atau mendengar dalil yang selalu didengungkan oleh kelompok Ahmadiyah Qadiyani untuk membuktikan kebenaran kenabian Mirza Ghulam Ahmad seperti yang beredar di situs maupun buku-buku ahmadiyah tentang hadits gerhana.
Kepalsuan hadits gerhana tersebut:
Hadits yang diriwayatkan didalam sunan Ad-Daruquthni dalam bab Shalat Kusuf dan Khusuf dan mereka mengklaim bahwa peristiwa itu terjadi dizaman Ghulam Ahmad.
Hadits ini diriwayatkan oelh Imam Ad-Daruquthni dalam Sunannya dengan nomor (1816) beliau berkata: telah menceritakan kepada kami Abu Sa’id Al-Ashtharkhi: telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abdillah bin Naufal: telah menceritakan kepada kami ‘Ubaid bin Na’isy: telah menceritakan kepada kami Yunus bin Bukair dari ‘Amru bin Syamir dari Jabir dari Muhammad bin ‘Ali berkata: Sesungguhnya Mahdi kami memiliki dua tanda yang belum pernah terjadi sejak diciptakan langit-langit dan bumi yaitu gerhana bulan yang terjadi pada malam pertama dibulan Ramadhan dan gerhana matahari yang terjadi pada pertengahan bulan tersebut dan keduanya belum pernah terjadi sejak Allah menciptakan langit-langit dan bumi).
Dan hadits ini tidak bisa dijadikan sebagai hujah karena derajatnya tidak shahih dari beberapa sisi:
Pertama:
’Amru bin Syamir Al-Ju’fi kuniyahnya Abu Abdullah, Imam Nasa’i berkata dalam kitab Ad-dhuafa wa Al-matrukin: ’Amru bin Syamir haditsnya ditingggalkan dia orang Kufah. Ibnu Hibban berkata dalam kitab Al-Majruhin: ”dia adalah pengikut kelompok rafidhah (syi’ah) yang biasa mencela para sahabat Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam dan termasuk yang meriwayatkan hadits-hadits palsu dari perawi yang tsiqat berkaitan dengan keutamaan Ahli bait dan lainnya, tidak dihalalkan menulis haditsnya kecuali karena takjub dan terheran-heran. Telah memberitakan kepada kami Muhammad bin Ishaq maula Tsaqif berkata: telah menceritakan kepada kami Mufadhal bin Ghassan berkata: aku mendengar Yahya bin Ma’in berkata: ’Amru bin Syamir tidak boleh ditulis haditsnya”.
Ibnu Abi Hatim berkata dalam kitab ”Al-Jarhu wa At-Ta’dil”: telah memberitakan kepada kami Abdur Rahman berkata: Abu Zar’ah ditanya tentang ’Amru bin Syamir maka beliau berkata: dia lemah haditsnya” Imam Bukhari berkata: dia munkar haditsnya, dan banyak lagi komentar para ahli hadits terhadap ’Amru bin Syamir.
Kedua:
Jabir bin Yazid Al-Ju’fi dari ahli kufah kuniyahnya Abu Yazid, Ibnu Hibban berkata dalam Al-Majruhin: dia adalah Saba’i termasuk sahabat Abdullah bin Saba’ dan dia mengatakan bahwa Ali radhiallahu anhu akan kembali kedunia .
Telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Ahmad Al-Qathan telah menceritakan kepada kami Abbas bin Muhammad: aku mendengar Yahya bin Ma’in berkata: Jabir Al-Ju’fi tidak boleh ditulis haditsnya, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Sulaiman bin Faris telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ismail Al-Bukhari telah menceritakan kepada kami Al-Humaidi: aku mendengar Sufyan bin Uyainah berkata: Jabir Al-Ju’fi beriman dengan akidah raj’ah.Dan beberapa komentar ulama lainnya yang senada dengannya.
Ketiga:
Muhammad bin Ali adalah bin Husain bin Ali bin Abi Talib Abu Ja’far Al-Baqir tsiqah fadhil termasuk peringkat keempat, maka hadits itu terputus sebagaimana telah ditetapkan dalam ilmu mustalah hadits maka tidak sah dijadikan hujah karena tidak boleh menolak perkataan Nabi shallallahu ’alaihi wasallam dengan perkataan orang lain.
Keempat:
hadits tersebut munkar karena bertentangan dengan hadits yang telah disepakati keshahihannya dari haditsnya ’Aisyah radhiallahu anha berkata:
(Telah terjadi gerhana matahari dizaman Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam lalu beliau shalat bersama manusia dengan berdiri yang lama kemudian ruku yang lama kemudian berdiri lagi dengan lama tetapi tidak selama yang pertama kemudian beliau ruku dengan lama tetapi tidak selama yang pertama kemudian sujud dengan lama kemudian beliau melakukan pada rakaat yang kedua seperti yang dilakukan pada rakaat pertama kemudian beliau selesai shalat ketika matahari sudah terang kembali lalu beliau berkhutbah dengan memuji Allah dan menyanjung-Nya kemudian berkata:
”Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda kekuasaan Allah tidak terjadi gerhana karena kematian seseorang atau hidupnya seseorang maka jika kalian melihat kejadian itu maka berdoalah kepada Allah dan bertakbirlah dan sholatlah dan bersedekahlah”, kemudian beliau berkata: ”Wahai umat Muhammad demi Allah tidak ada yang lebih cemburu dari Allah ketika ada hambanya laki maupn perempuan yang berzina, Wahai umat Muhammad, demi Allah seandainya kalian tahu yang aku tahu niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis”).
Kesimpulan:
1-Hadist ini palsu mauquf kepada Muhammad bin Ali karena banyaknya perawinya yang lemah, dan hadits ini sesuai dengan perkataan Syeikh Albani rahimahullah: kegelapan diatas kegelapan, hampir semua tingkatan perawinya lemah, sebagaimana hadits itu juga bertentangan dengan riwayat yang shahih dari Nabi shallallahu ’alaihi wasallam maka tidak boleh menolak perkataan Nabi shallallahu ’alaihi wasallam dengan perkataan selainnya, jika kita memahami hal ini maka jelaslah kesesatan kelompok Qadiyaniah ketika berhujah dengan hadits ini untuk dakwaan palsu mereka.
Diriwayatkan juga atsar ini dari Al-Baqir dengan jalan yang lebih kuat tetapi menyelisihi tanggal kusuf dan khusuf yang disebutkan pemalsu hadits ’Amru bin Syamir dalam riwayatnya, lalu kenapa pengikut Qadiyani tidak menerima riwayat-riwayat tersebut ?
2-Riwayat yang palsu tersebut sama sekali tidak menyebutkan gerhana matahari dan bulan pada tanggal 13 dan 28 Ramadhan tetapi pada tanggal 1 dan 15 Ramadhan.
3-Malam gerhana pertama di Qadiyan adalah malam 12 dari bulan Qamariyah bukan malam 13 sebagaimana klaim pengikut Qadiyaniah.
4-Tidak mungkin terjadi gerhana matahari pada tanggal 27 dari bulan Qamariyah sebagaimana klaim pengikut Qadiyaniah, karena supaya terjadi gerhana bulan pada tanggal 27 harus tertunda penglihatan anak bulan untuk dua setengah hari !
5-Gerhana matahari dan bulan serentak dibulan Ramadhan terjadi hanya selama 23 tahun sekali, adapun Mirza mengklaim bahwa gerhana seperti ini tidak pernah terjadi sejak Allah menciptakan langit dan bumi.
6-Imam Ad-Daruquthni yang meriwayatkan atsar dari syi’ah ini beliau secara terang mendhaifkan ’Amru bin Syamir perawi hadits dalam kitab yang sama yang menyebutkan atsar ini. Bahkan perawi pemalsu ini telah dilemahkan oleh para ulama baik dari ahli sunah maupun syi’ah.
7-Perlu diperhatikan kesalahan tahun Mirza Ghulam Ahmad mengklaim sebagai Al-Mahdi,yang benar dia mengklaimnya pada tahun 1891 M bukan 1882 M.
(ar/voa-islam.com)
Tentang gerhana matahari dan bulan pada Bulan Ramadhan kita bisa membaca penjelasannya di sebuah situs (www.irshard.org).  Penjelasannya sebagai berikut:
Exposing Qadiani Falsehood on the Internet and on TV
The Fraud of Eclipses
Based on a Hadith they attribute to the Messenger of Allah(SAW), the Qadiani (Ahmadi) leadership asserts that the advent of lunar and solar eclipses during the Islamic month of Ramadhan of 1894 is the clear proof that Mirza Ghulam Ahmad Qadiani was the foretold Imam Mahdi! Mirza Ghulam himself had written:
“One Hadith of Dar-e-Qatni also proves that the Promised Mahdi will appear at the head of 14th Century; and that hadith is this ….translation of the whole hadith is:
‘There are two signs of our Mahdi; since the creation of earth and heaven this sign has not been revealed for any appointed and prophet and messenger; and those signs are that moon will eclipse in the first night of its fixed nights of eclipse and sun will get eclipsed in the middle of the fixed days for its eclipse, during the month of Ramadhan.’
…this hadith clearly fixes 14th Century.” (Roohani Khazain, Vol. 17, P. 331)
However, the actual hadith recorded in Dar-e-Qatni clearly reads:
Narrated Amr son of Shamir, quoting Jabir, who quoted Mohammad bin ‘Ali:
“For our Mahdi, two signs are given which never occurred in the past from the creation of the heavens and the earth. One is that a lunar eclipse will occur on the first night of Ramadhan and the second sign is that a solar eclipse will occur in the middle of Ramadhan and these signs had never happened from the creation of the heavens and the earth.” (Dar-e-Qatni, Vol. 1, P. 188)
With regard to this hadith, we need to make the following observations:
1.This hadith is not a saying of hazrat Muhammad(SAW), as the Qadiani leadership has tried to portray, but it is a saying attributed to an individual by the name of Mohammed bin ‘Ali. Thus, once more the falsehood of Qadiani leadership becomes apparent. According to an authentic hadith of hazrat Muhammad(SAW):
Ascribing false things to me is not like ascribing false things to anyone else. Whosoever tells a lie against me intentionally then surely let him occupy his seat in Hell-Fire.
(Hadith Sahih Bukhari, Volume 2, Book 23, Number 378)
2.This hadith attributed to Mohammad bin ‘Ali has been rejected by scholars of hadith for centuries. In fact, the first narrator of this hadith is Amr bin Shamir who is a known narrator of weak and fabricated Ahadith. Allamah Shamsuddin Dhahbi(RA) who was an expert of the Funn-e-Rijaal (the art of Men Narrators) has written:
“According to its authenticity, this saying attributed to Imam Baqir is extremely weak, outcast, and rejected. Looking at the chain of narration, the first narrator is Amr bin Shamir who has been labeled (in Meezanul-E’tidaal, P. 262) as the big liar, a narrator of weak and fabricated Ahadith, a non-believer of Hadith, a person who used abusive words for the companions of the Messenger(SAW) and the Sahabah(RA); and according to Ilm-ul-Hadith, his narration is not written as Hadith.”
Amr bin Shamir had claimed to have heard this hadith from a person by the name of Jabir. Not only we can not trust this assertion of a known liar, but also Amr failed to disclose — perhaps purposely — which one of the many Jabirs he was referring to in this quote. Nevertheless, among the individuals by that name, we find Jabir Ja’fi, who was described by Imam Abu-Hanifah(RA):
“Among the liars that I met, no one was bigger liar than Jabir Ja’fi.”
Amr bin Shamir finally claims that this hadith was originally narrated by Mohammad bin ‘Ali. Qadianis assert that the Mohammad bin ‘Ali mentioned must have been Imam Baqir. However, we have had several narrators with this name and there is no proof or reason to believe that the person Amr intended was Imam Baqir. Indeed, since it was the habit of Amr bin Shamir to narrate weak and fabricated Ahadith and attribute them to well known, truthful, and trustworthy narrators, we are obligated to be very doubtful of this hadith.
3. Even if, for the sake of discussion, we were to accept this hadith at face value, it would only serve to expose the falsehood of Mirza Ghulam and the Qadiani propaganda machine. This saying clearly states that the lunar eclipse will happen in the beginning of the month of Ramadhan and the solar eclipse will occur in the middle of the month. However, this event is astronomically impossible and would be indeed miraculous if occurred.
The lunar and solar eclipses Qadianis advance as the proof of their claim occurred on the 13th and 28th day of Ramadhan respectively! It is then obvious that Mirza Ghulam, as was his habit, purposely changed the quote (by adding the words “of its fixed nights”) and twisted the true meaning of the hadith to lend appearance of legitimacy to his false claim. Furthermore, the hadith clearly states that this event has never occurred in the history, while the combination of eclipses on 13th and 28th of Ramadhan have occurred thousands of times throughout history.
Obviously, Qadiani leadership’s complete reliance on an unauthentic and misinterpreted saying of a person by the name of Mohammad bin ‘Ali proves that they have nothing but deceit on their side.
The False Argument of Qadiani (Ahmadi) Leadership
Refuted by Muslim scholars and contradicted the by an extensive body of scientific evidence, Mirza Ghulam and the Qadiani (Ahmadi) leadership acknowledged that according to the divine laws the lunar eclipse always occurs on 13th, 14th or 15th of a lunar month, and solar eclipse always occurs on 27th, 28th, or 29th of a lunar month. However, they advanced another baseless argument to misguide the uninformed.
They reasoned that by “first night of Ramadhan”, the hadith must have intended that first night a lunar eclipse could possibly occur (i.e. 13th); and by “middle of Ramadhan”, the hadith must have meant the middle night a solar eclipse could possibly occur (i.e. 28th)! Thus, they tried to justify the conclusion of their Sire, Mirza Ghulam, and claim that Mirza must have been Mahdi, since such an eclipse occurred during his life time!
With regard to this assertion, we need to make the following observations:
1. It is the habit of the Qadiani leadership to use such foolish and feeble interpretations to try to misguide the gullible. The words of the hadith (even though we have shown it to be an unreliable hadith not referred to our Prophet(SAW)) are quite clear: The lunar eclipse should occur on the “first night of Ramadhan” and the solar eclipse in the “middle of Ramadhan” (e.g. 15th). The hadith does not state the “first night from the nights of eclipses”, as Qadiani leadership would like everyone to believe. As we have shown, this is an addition made to the hadith by Mirza Ghulam himself.
2. This interpretation of Mirza Ghulam Qadiani and his associates is also shown to be absurd and false by the very hadith itself. The hadith concludes by stating “these signs had never happened from the creation of the heavens and the earth.” However, the combination of eclipses on the 13th and 28th of Ramadhan have occurred thousands of times throughout recorded history!
As an example, we quote 45 years of eclipses in life time of Mirza Qadiani. In these 45 years, 3 times such combination of eclipses occurred on 13th and 28th (see book by Mr. Keith, “Use of the Globes” and another book, “Hadaiqun-Nujoom”). Both these books list eclipses from the year 1801CE to 1901CE. Out of those a list of 45 years is produced in a book, ‘Doosri Shadadat-e-Aasmani’ written by Sayyid Abu-Ahmad Rahmani which again confirms that these pair of eclipses have occurred three times alone during the 45 years in question! Further references on the accurate theories of Lunar Eclipses can be found in a commentary written by David McNaughton, a South African astronomer working in UAE, who is considered to be an authority on this subject. Accurate and detailed calculations, using Jean Meeus’s Algorithm, was performed in 1998 by Khalid Shaukat for the 3 pairs of eclipses mentioned before and produced in the following table:
Schedule of Relevant Eclipses in 45 Years of Mirza’s Life
No. Eclipse Gregorian
Date Islamic Date
in India Time of eclipse in India
Description
Remark
1 Lunar July 13,
1851 CE Ramadhan 13, 1267 AH Starts 11:21
Max. 12:51
Ends 14:22 Moon was below horizon in Qadian when eclipse occurred. Moon eclipse was not visible in India. Moreover, this happened before Miraz’s claim of Mahdi when he was 11 or 12 years old.
Solar July 28,
1851 CE Ramadhan 28, 1267 AH Starts 17:47
Max. 20:04
Ends 22:20 Eclipse was visible little before sunset in Qadian, sunset being at 19:31.
2 Lunar March 21,
1894 CE Ramadhan 13, 1311 AH Starts 18:58
Max. 19:51
Ends 20:44 Eclipse seen in Qadian After Sunset, which is the 14th of Ramadhan. This pair of eclipse actually goes against the Qadiani argument of 13th and 28th of Ramadhan!!! However, these eclipses were visible in other parts of the world and using this sign, Dr. Alexander Dowie claimed to be Messiah in the USA.
Solar April 6,
1894 CE Ramadhan 29, 1311 AH Starts 6:57
Max. 9:24
Ends 11:52 Eclipse was visible in the morning, sunrise in Qadian was at 6:11.
3 Lunar March 11,
1895 CE Ramadhan 13, 1312 AH Starts 7:25
Max. 9:10
Ends 10:54 Moon was below horizon in Qadian when eclipse occurred. Moon eclipse was not visible in Qadian.
Solar March 26,
1895 CE Ramadhan 28, 1312 AH Starts 14:21
Max. 15:40
Ends 17:00 Eclipse was visible in Qadian in the afternoon.
From the previous table, we can clearly see that this combination of eclipses has occurred at least more than once throughout the history. Furthermore, please note that the pair of eclipses claimed by the Qadianis actually occurred in Qadian on the 14th and 28th of Ramadhan and not the 13th and 28th! In either case, Qadiani argument is shown to be once more false.
As is their habit, the Qadiani (Ahmadi) leadership once more ignored clear evidence contrary to their faulty argument and resorted to further misrepresentation. They claimed that the intent of the words “these signs had never happened from the creation of the heavens and the earth” was that these eclipses have never occurred while a claimant to being Mahdi or Messiah has been present! To support this argument and rejected the proof offered by Muslim scholars showing the feebleness of his arguments, Mirza Ghulam wrote:
“O Low Caste, Khabees, Enemy of Allah and Prophet! You have done this Jewish alteration in the (prophecy), so that this Grand Miracle of Holy Prophet(SAW) is hidden from this world …..your lie, O Worthless is exposed …… from which word did these stupid understood these meanings? O Morons! O Sightless! Disgrace to the Molviyat! …especially the head of the Dajjaleens, Abdul Haq Ghaznavi and his followers; Hundred thousand times shoes of curses may fall upon them. O Dirty Dajjal! Prophecy has been fulfilled but bigotry has blinded you.”
(Zamima Anjam-e-Atham, Roohani Khazain, Vol. 11, P. 330)
“This has never happened and absolutely never happened, except in my time, since the beginning of universe till now, that lunar and solar eclipse had gathered in the month of Ramadhan in such a manner that some claimant of messengership or prophethood or muhaddathiyat (one who converse with God) had also been present.”
(Roohani Khazain, Vol. 9, P. 50)
“The meaning of prophecy is that this sign has not been to any other claimant, whether true or false. Only given to the Promised Mahdi. If these tyrant molvis (Muslim scholars) can present a similar occurrence of lunar and solar eclipse in the time of some other claimant then please do it; then I will no doubt become a liar.”
(Roohani Khazain, Vol. 11, P. 332)
“Combination of lunar and solar eclipse in Ramadhan has never taken place in the time of any Prophet or Messenger or muhaddith and since the birth of universe during the time of any claimant of messengership or prophethood or muhaddithiyat lunar and solar has never combined. Combination of Lunar and Solar eclipse and Mahdi is an unnatural phenomenon.” (Roohani Khazain, Vol. 9, P. 84)
It is a sign of disbelief and hypocrisy of Qadiani leadership that they refute clear proofs and authentic hadiths of the holy Prophet(SAW) regarding Mahdi and insist upon their conjecture of an unauthentic saying attribute to Mohammad bin ‘Ali by a known liar! Certainly, no believer would require any further explanation to see the falsehood of the Qadiani claims. However, purely from an academic stand point, we offer the following observation:
1. The prophecy of this unauthentic hadith is abundantly clear: the sign which has not occurred since the beginning of time is the specific combination of eclipses on the first and fifteenth day of Ramadhan. There is no mention whether this sign will occur before the birth, during the life, upon the claim, after the claim, or upon the death of the individual making the claim. Qadiani (Ahmadi) interpretation is simply without any merit.
2. Even if, for the sake of discussion, we were to accept the Qadianis’ (Ahmadis) feeble interpretation, we still can show that Mirza Ghulam was not the only individual who based his claim on such a combination of eclipses. Ample evidence for this stance is provided in the following books:
* ‘Doosri Shadadat-e-Aasmani’ by Maulana Abu Ahmad
* ‘Aimma-e-Talbis & Raees-e-Qadian’ by Maulana Abul Qasim Dilawari
Below, we have documented several such claimants. Please do remember that Mirza Ghulam had stated that if such proof could be provided, then he would be shown to have been a liar. Accurate and detailed calculations, using Jean Meeus’s Algorithm, was performed in 1998 by Khalid Shaukat for the following tables:
No. Eclipse Gregorian
Date Islamic
Date Name of the Claimant
Claim and Comment
1 Lunar 07-11-0743 Rmz 14, 125 Saleh bin Tarif Burghwati Claimed Mahdihood and Prophethood and successfully ruled over his followers for 47 years. Later, he advocated his throne in favor of his son. (Aimma-e-Tilbees, Vol. 1, P. 192)
The combination of Eclipses matched exactly those of Mirza Ghulam: 14th and 28th of Ramadhan
Solar 07-25-0743 Rmz 28, 125
2 Lunar 07-13-1851 Rmz 13, 1267 Mirza Ali Muhammad Bab Claimed to be Mahdi. His movement is still alive and has split off into Babism and Bahaism. They no longer claim to be Muslims.
(Double eclipses of 1829 and 1830 also could have been claimed for him; please note that Ali Muhammad died one month before the eclipse of 1851.
Solar 07-28-1851 Rmz 28, 1267
3 Lunar 11-15-1872 Rmz 13, 1289 Hussain Ali
Bahaullah Claimed to be the Promised One (Messiah) of every religion and a prophet. His followers no longer claim to be Muslims.
(Double eclipses of 1829, 1830, 1851, and 1873 also could be claimed by him)
Solar 11-30-1872 Rmz 28, 1289
4 Lunar 11-04-1873 Rmz 13, 1290 Mahdi Sudani Claimed to be Mahdi and began a successful movement to fight the British colonialists.
(Double eclipses of 1851, 1872 and 1895 also could be claimed by him).
Please note the specific solar eclipse used by him occurred on the 29th of Ramadhan.
Solar 11-20-1873 Rmz 29, 1290
5 Lunar
03-21-1894 Rmz 13, 1311 Dr. Alexander Dowie, USA During the life time of Mirza Ghulam and appropriating the second double eclipse we previously mentioned, he claimed to be the Promised Messiah.
(Double eclipses of 1851, 1872, 1873, and 1895 also could be claimed by him – please note that he made the claim for the same eclipses as Mirza Ghulam)
Solar 04-06-1894 Rmz 29, 1311
Once more, we can use Mirza Ghulam’s own statements to prove that he was a false claimant to being Mahdi, Messiah, and a Prophet.
For all those individuals, who after seeing all this proof, stubbornly insist on believing Mirza Ghulam’s claim to being Mahdi, we like to reproduce an earlier statement of Mirza:
“All those Hadiths in which the coming of Mahdi is foretold are not verifiable and cannot be relied upon.” (Haqeeqat-ul-Mahdi, Roohani Khazain, Vol. 14, P. 429)
We definitely disagree with Mirza Ghulam on this account and have in fact documented several authentic hadith of hazrat Muhammad(SAW) on this site [Read: Identification of the Prophesied Imam Mahdi]. However, isn’t this another sign of Mirza’s falsehood that he reversed course and attempted to take advantage of the eclipses which occurred during his life time by relying on deceitful alterations of an unauthentic Hadith?
Untuk lebih jelas bisa melihatnya di sumbernya yaitu : http://www.irshad.org/exposed/eclipse.php


Ada  info lain tentang gerhana di Bulan Ramadhan yang sumbernya berasal dari swaramuslim.net, Anda bisa membacanya dibawah ini:
Salam & Info Oleh : Redaksi 16 Nov 2003 – 5:45 pm
Bandung – Kepala Osbservatorium Bosscha Kabupaten Lembang, Jawa Barat Moeji Raharto mengatakan, terjadinya gerhana bulan dan gerhana matahari di bulan Ramadhan 1424 Hijriah merupakan fenomena alam biasa, hingga masyarakat tidak perlu khawatir secara berlebihan adanya fenomena alam tersebut.
“Secara astronomi kehadiran dua gerhana dalam satu bulan atau bulan Ramadhan, sudah biasa terjadi yang tidak berbeda jauh dengan kehadiran dua gerhana di bulan Rabiul Awal pada tanggal 16 Mei dan 19 Mei 2003 lalu,” ungkapnya kepada Antara, di Bandung, Minggu (16/03).
Moeji Raharto menyebutkan gerhana total bulan telah berlangsung pada tanggal 9 November 2003 kemarin, sedangkan gerhana total matahari akan terjadi pada tanggal 24 November 2003 nanti.
Menurutnya, fenomena alam gerhana bulan dan gerhana matahari yang datang bersamaan pada bulan Ramadhan sampai sekarang telah terjadi sekitar 60 kali terhitung dari sekitar 10 hijriah silam.
Fenomena alam tersebut yang terjadi pada bulan Ramadhan 1424 Hijriah, tidak berbeda jauh dengan kehadiran bulan purnama dan hilal. Oleh karena itu, katanya, masyarakat tidak perlu risau dengan akan kehadiran kiamat terlebih lagi saat ini pada bulan Ramadhan 1424 Hijriah hadir hujan meteor.
Dikatakannya, kehadiran dua gerhana dan hujan meteor di bulan Ramadhan merupakan hukum alam yang cukup menarik, hingga mengajak umat manusia dapat menyaksikan kebesaran Allah SWT.
“Terlebih lagi, saat ini tengah berlangsung bulan Ramadhan, hingga mengajak umat Islam dapat merasakan keagungan bulan Ramadhan 1424 Hijriah kali ini seiring kehadiran malam Lailatul Qodar,” paparnya. Pasalnya fenomena alam ini merupakan fenomena alam yang cukup menarik dimana kehadiran dua gerhana dan hujan meteor dapat berlangsung pada bulan Ramadhan 1424 Hijriah.
Di bagian lain, Moeji menyebutkan masyarakat Indonesia tidak akan dapat menyaksikan fenomena alam gerhana total bulan dan gerhana matahari, kecuali masyarakat yang berada di Benua Antartika.
Sedangkan di Benua Australia sendiri masyarakatnya hanya dapat menyaksikan sebagian gerhana tersebut. Demikian pula halnya untuk menyaksikan hujan meteor pada yang terjadi pada tanggal 13 November dan 14 November 2003 kemarin, kata Meoji yang terhalang oleh awan yang agak mendung.
“Karena itu, Observatorium Bosscha berharap pemantauan hujan meteor dapat disaksikan pada tanggal 18 November dan 19 November 2003 nanti, namun itupun hanya dapat menyaksikan satu atau dua meteor saja,” ucapnya.
Meski demikian, disebutkannya upaya menyaksikan fenomena alam tersebut juga kecil kemungkinan dapat terlihat karena kehadiran leonid meteor pada tanggal 19 November 2003 di Indonesia berlangsung pada siang hari. “Intinya fenomena alam gerhana bulan, gerhana matahari dan hujan meteor secara astronomi merupakan hukum alam biasa,” demikian Moeji Raharto. ant/abi/RioL.
Dari berita tsb para pembaca yang berakal sehat bisa menarik kesimpulan sendiri, apakah benar gerhana bulan dan matahari pd bulan ramadahan tsb adalah fenomena yang luar biasa dan hanya terjadi sekali sejak Allah mencipatakan bumi dan langit ini. Hal ini sudah terjawab oleh info yg diberikan oleh swaramuslim.net dan fenomena ini bukanlah sesuatu hal yang luar biasa karena terjadinya gerhana bulan & matahari dlm bulan ramadhan telah terjadi sekitar 60 kali terhitung dari sekitar 10 hijriah silam dan hal ini adalah hukum alam biasa.
Jadi kalau ahmadi berdalil dengan mengandalkan kejadian dua gerhana pd bulan ramadhan tsb sebagai bukti kebenaran dakwa dari Ghulam Ahmad sebagai Imam Mahdi menurut saya adalah suatu kesalahan besar.
Bisakah Ahmadiyah disebut jamaah Ilahi dengan terbongkarnya perbuatan mereka dengan mengamalkan hadits maudhu’ untuk membenarkan kenabian Mirza Ghulam Ahmad? Apakah pantas? Hal yang memalukan dan rendahan jika mengklaim sebagai jemaat ilahi tetapi mengamalkan hadits maudhu’ sedemikian rupa. Silahkan orang yang berakal merenungkan hal ini.
tulisan ini bukan hasil tulisan kami tapi buah karya sahabt kami yang bersumber dari :
http://muhammadinsan.wordpress.com/2010/11/11/kepalsuan-hadits-ahmadiyah-tentang-gerhana/

IMAM MAHDI VERSI MUHAMMAD SAW VERSI IMAM MAHDI VERSI AHMADIYAH Bag. 2



Mahdi bertemu dengan Isa as
Berdasarkan riwayat yang shohih setelah kemunculan Imam Mahdi tanda kiamat kubrro berikutnya adalah tturunnya Nabi Isa as dan bertemu dengan khalifah imam Mahdi.
Dalam musnad Imam Ahmad, Shohih Muslim disebutkan bahwa Isa Bin maryam Rasululah SAW bersabda :
قَالَ : فَيَنْزِلُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ ، فَيَقُولُ أَمِيرُهُمْ : تَعَالَ صَلِّ بِنَا ، فَيَقُولُ : لاَ ، إِنَّ بَعْضَكُمْ عَلَى بَعْضٍ أَمِيرٌ ، لِيُكْرِمَ اللَّهُ هَذِهِ الأُمَّةَ
“..Maka turunlah Isa Bin Maryam kemudian berkata pemimpin mereka ( Al Mahdi ) mari sholat bersama kami ( maksudnya Jadilah Imam ) maka Isa bin maryam menjawab : Tidak ! Sesungguhnya sebagian kalian pemimpin bagi yang lainnya  ini merupakan keutamaan Allah bagi umat ini.
( lihat Musnad Ahmad hadits juz 5 hal 2573 hadits no 15359, Lihat shohih Muslim dalam Kitabul Iman Bab Nujulu Isa Bin Maryamjuz 1 hal 95 )
Dalam hadits riwayat thobroni Rasululah SAW bersabda : “.
فيقول المهدي تقدم فصل بالناس فيقول عيسى إنما أقيمت الصلاة لك فيصلي خلف رجل من ولدي

“…Berkata Imam Mahdi n kepada Isa Bin Maryam silahkan ke depan untuk menjadi Imam sholat bersama orang-orang tetapi isa asmenjawab “ sesungguhnya qomat dikumandangkan untuk  anda maka sholatlah Isa di belakang lelaki keturunanku itu (yaitu Al Mahdi. )
Hadits serupa diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dalam shohihnya dalam imamatul Mahdi ( kepemimpinan Al mahdi
 Ibnu Qoyyim  menukil hadits yang diriwayatkan oleh Al Harits Bin Abi Usamah dalam musnadnya bahwa
قال الحارث بن أبي أسامة في مسنده حدثنا إسماعيل بن عبد الكريم حدثنا إبراهيم بن عقيل عن أبيه عن وهب بن منبه عن جابر قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ينزل عيسى بن مريم فيقول أميرهم المهدي تعال صل بنا فيقول لا إن بعضهم أمير بعض تكرمة الله لهذه الأمة وهذا إسناد جيد.
Dari Jabir ra, Rasululah SAW bersabda: Manakala Isa turun Isa Bin Maryam maka berkatalah Pemimpin mereka yaitu Al Mahdi : kemarilah sholat bersama kami ( Maksudnya ayo jadi imam ) maka menjawab isa bin maryam tidak seseungguhnya sebagian kalian itu pemimpin bagi yang lainnya hal, ini sebagai sebuah kemulyaan Allah SWT untuk umat ini. Hadits ini sanadnya baik. ( Kitab Manarul Munif fi shohih  wa dhoif  hal 147 karya Ibnu Qoyyim , Maktabah Mathbuat islamiyah,Halabi )
Syeikh Al Bani menempatkan hadits ini dalam silsilah hadits shohihlihat silsilah hadits shohih  juz  5 hal 278 hadits no 2236. Hadsits ini para rawinya (periwayat hadits )semuanya tsiqot dan merupakan rowi  yang digunakan oleh abu dawud.
Hadits-hadits tentang bertemunya Imam Mahdi dengan Isa bin maryam as adalah sahih sehingga tak terbantahkan lagi.
Hadits ini menunjukan bahwa menurut Rasululah SAW Imam Mahdi itu bukan Nabi dan bukan Nabi Isa bin maryam as. Jadi pengakuan Mirza Ghulam Ahmad sebagai Imam Mahdi sekaligus sebagai Nabi Isa bin maryam as bertolak belakang dengan hadits-hadits shahih dan mutawatir.
Imam Ibnu sirin, seorang tabiin yang terkenal waro dan tinggi ilmunya menyatakan bahwa Nabi Isa as sholat di belakang Imam Mahdi. ( Al Jami’ oleh ma’mar bin rosyid juz 11 hal 399 ). Ibnu sirin merupakan seorang tabiin yang lahir pada masa khalifah umar bin khottob ra. Ibnu sirin belajar  agama langsung kepada para sahabat serta meriwayatkan hadits dari mereka. Di antara sahabat yang menjadi gurunya adalah zaid bin tsabit ra, penulis wahyu Rasululah SAW. Kemudian  Ubay bin Ka’ab , Abu Hurairah, bnu abbas, Imron bin khushain, Adi Bin hatim, Ibnu Umar, Abidah As Salmani, syryraihan al qodhi dan Anas Bin Malik ( Siyar Alamin Nubala Juz 4 hal 606, Karya Imam Adz Dzahabi ). Bahkan Anas Bin Malik mewasiatkan agar ketika ia wafat harus disholatkan oleh Ibnu sirin karena keluasan ilmu agamanya yang terpercaya serta kesahlihah akhlaqnya. ( lihat Tahdzibu Tahdzib ,karya Ibnu Hajar Al Asqolani )
Sahabat Ibnu Mas’ud ra juga mengatakan bahwa Isa bin maryam akan sholat di belakang Imam Mahdi. ( Mu’jam Ahaditsul Mahdi JUz 8 hal 102 ). Imam Dzahabi juga menyatakan hal yang sama dengan apa yang disampaikan oleh sahabat ibnu mas’ud ( Tamassuk bis sunan juz 1 hal 40 )
Menurut Syeikh Salih Bin Fauzan seorang kibarul ulama (ulama besar ) anggota dewan fatwa  di Saudi Arabia menyatakan
والصواب الذي عليه أهل الحق : أن المهدي غير عيسى، وأنه يخرج قبل نزول عيسى عليه السلام، وقد كثرت بخروجه الروايات حتى بلغت حد التواتر المعنوي
Yang benar adalah Mahdi itu bukan Isa karena mahdi akan muncul sebelum isya dan sungguh begiu banyak riwayat tentang hal itu sampai kepada tingkat yang mutawatir maknawi ( Al Irsyad ila shohil I’tiqod hal 3555 )   
Bersambung